Masa kanak-kanak awal atau bisa disebut juga masa
prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun, ketika anak
mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat
mengatur diri dalam buwang air dan mengenal beberapa hal yang di anggap
berbahaya atau mencelakakan dirinya. Memberikan gambaran singkat tentang
perkembangan fisik, motorik, bicara, emosi, sosial, dan bermain pada awal masa
kanak-kanak dan membandingkan perkembangan bidang-bidang ini dengan
perkembangan yang berkembang pada masa bayi.
A. Ciri- Ciri Awal Masa Kanak-Kanak
-
Sebutan yang
Digunakan Orang Tua
Sebagian besar
orang tua mengganggap awal masa kanak-kanak sebagai usia yang mengundang masalah atau usia sulit.
Alasan mengapa masalah perilaku lebih sering terjadi di awal masa kanak-kanak
ialah karena anak-anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik
dan menuntut kebebasan yang umumnya kurang berhasil. Sering kali marah tanpa
alasan. Anak lebih sering kali bandel, keras kepala dan melawan. Sering kali
orang tua juga menganggap masa awal kanak-kanak sebagai usia mainan karena anak
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain dengan mainannya. Selama
tahun prasekolah, taman kanak-kanak, pusat penitipan anak-anak dan kelompok
bermain, semuanya menekankan permainan yang memakai mainan. Akibatnya, baik
sendiri atau berkelompok, mainan merupakan unsur yang penting dari aktivitas
bermain mereka.
-
Sebutan yang
Digunakan Para Pendidik
Para pendidik
menyebut tahun-tahun awal masa kanak-kanak sebagai usia prasekolah untuk
membedakannya dari saat dimana anak dianggap cukup tua, bauk secara fisik dan
mental, untuk menghadapi tugas-tugas pada saat mereka mulai mengikuti
pendidikan formal. Anak yang mengikuti taman indria atau taman kanak-kanak,
tekanan dan harapan yang dikenakan kepada anak-anak sangat berbeda dengan apa
yang dialaminya pada saat memulai pendidikan formal di kelas satu. Awal masa
kanak-kanak, baik di rumah maupun di lingkungan prasekolah, merupakan masa
persiapan.
-
Sebutan yang
Digunakan Para Ahli Psikologi
Salah satu
sebutan yang banyak digunakan adalah usia kelompok, masa dimana anak-anak
mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial
yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu mereka
masuk kelas satu.
Karena
perkembangan utama yang terjadi selama awal masa kanak-kanak berkisar di
seputar penguasaan dan pengendalian lingkungan, banyak ahli psikologi
melabelkan awal masa kanak-kanak sebagai usia menjelajah, sebuah label yang
menunjukkan bahwa anak-anak ingin mengetahui keadaan lingkungannya, bagaimana
mekanismenya, bagaimana perasaannya dan bagaimana ia dapat menjadi bagian dari
lingkungan. Salah satu cara yang umum dalam menjelajahi lingkungan adalah
dengan bertanya : jadi periode ini
sering disebut usia bertanya.
Yang paling
menonjol dalam periode ini adalah meniru pembicaraan dan tindakan orang lain.
Oleh karena itu, periode ini juga dikenal sebagai usia meniru. Namun meskipun
kecenderungan ini tampak kuat tetapi anak lebih menunjukkan kreativitas daalm
bermain selama masa kanak-kanak dibandingkan dengan masa lain dalam kehidupannya.
Dengan alasan ini, ahli psikologi juga menamakan periode ini sebagai usia
kreatif.
B. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan
selama awal masa kanak-kanak berlangsung lambat dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan masa bayi. Awal masa kank-kanak merupakan masa pertumbuhan yang
relatif seimbang meskipun terdapat
perbedaan musim; bulan juli sampai pertengahan desember merupakan saat yang
terbaik untuk peningkatan berat badan dan april sampai pertengahan agustus untuk
peningkatan tinggi tubuh.
Perkembangan
fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Dengan
meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut ukura berat dan tinggi, maupun
kekuatannya memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan ketrampilan
fisiknya, dan ekplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan dari orang
tuanya.
Proporsi
tubuhnya berubah secara drastis, seperti pada usia 3 tahun, rata-rata tingginya
sekitar 80-90 cm, dan beratnya sekitar 10-13 kg, sedang pada usia 5 tahun,
tingginya sudah mencapai sekitar 100-110 cm. Tulang kakinya tumbuh dengan
cepat, namun pertumbuhan tengkorak tidak secepat usia sebelumnya. Pertumbuhan
giginya semakin lengkap/komplit, sehingga dia sudah menyenangi makanan padat,
seperti daging, sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan.
Pertumbuhan
otaknya pada usia 5 tahun sudah mencapai 75 % dari ukuran orang dewasa, dan 90
% pada usia 6 tahun. Disamping itu, pada usia ini banyak juga perubahan
fisilogis lainnya seperti 1) pernafasan menjadi lebih lambat dan mendalam, 2)
denyut jantung lebih lambat dan menetap.
Perkembangan
fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup baik protein (untuk membangun
sel-sel tubuh), vitamin dan mineral (untuk pertumbuhan struktur tubuh), dan
karbohidrat (untuk energi). Menurut penelitian Mederith (Ambron,1981:259)
anak-anak yang hidupnya ditimpa kemiskinan/kemelaratan baik di Afrika, India,
Pakistan, maupun Amerika Selatan, tubuhnya pendek-pendek, dan kurus-kurus
apabila dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
Kekurangan gizi
(malnutrisi) dapat mengakibatkan kecacatan fisik dan kelemahan mental lebih
jauh anak akan rentan (mudah terkena) penyakit atau infeksi, baik mata,
telinga, maupun sistem pernapasan. Mereka kurang memiliki kemampuan atau
kesiapan fisik.
Perkembangan
fisik anak ditandai juga dengan perkembangannya kemampuan dan ketrampilan
motorik baik kasar ataupun lembut.
Dalam rangka
membantu perkembangan fisik anak maka guru taman kanak-kanak seyogyanya
memberikan bimbingan kepada mereka agar memiliki kesadaran akan kemampuan
sensorisnya, dan juga memiliki sikap yang positif terhadap dirinya. Bimbingan
guru itu berkaitan dengan pengembangan aspek-aspek berikut:
a. Pengenalan/pengetahuan akan namanya dan
bagian-bagian tubuhnysa.
b. Kemampuan untuk mengidentifikasi
fungsi-fungsi tubuh.
c. Pemahaman bahwa walaupun setiap
individu berbeda dalam penampilannya, seperti perbedaan dalam warna rambut,
kulit dan mata, atau tingginya, namun semua orang memiliki kesamaan
karakteristik fisik yang sama.
d. Menerima bahwa semua orang memiliki keterbatasan
dalm kemampuannya, seperti setiap orang dapat berjalan, berlari atau melompat,
tetapi tidak ada seorang pun yang dapat terbang.
e. Kemampuan untuk memahami bahwa tubuh
itu berubah secara konstan, dan pertumbuhan fisik berawal dari kelahiran dan
berakhir dengan kematian.
f. Pemahaman akan pentingnya tidur, dan
juga sebagai dua siklus kehidupan yang penting bagi kehidupan.
g. Mengetahui kesadaran sensori (merasa,
melihat, mendengar, mencium, dan menyentuh/meraba).
h. Memahami keterbatasan fisik, seperti
lelah, sakit, dan melemah (Aundrey Curtis, 1998).
C. Perkembangan Intelektual
Menurut Piaget,
perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu
tahapan dimana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Yang
dimaksud dengan operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara
mental bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional,
atau “symbolic function” yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk merepresentasikan
(mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol (kata-kata,
gesture/bahasa gerak, dan benda).
Meskipun
berpikir melalui simbol dipandang lebih maju dari berpikir periode
sensorimotor, namun kemampuan berpikir ini masih mengalami keterbatasan.
Keterbatasan yang menandai, atau yang menjadi karakteristik periode
preoperasional adalah sebagai berikut:
a. Egosentrisme, yang maksudnya bukan “
selfishness” (egois), atau arogan (sombong), namum merujuk kepada 1)
diferensiasoi diri, lingkungan orang lain yang tidak sempurna, dan 2)
kecenderungan untuk mempersepsi, memahami dan menafsirkan sesuatu berdasarkan
sudut pandang sendiri. Ia berpendapat,
bahwa pribadinya adalah satu dan berpadu erat dengan lingkungannya, ia belum
mampu memisahkan diri sendiri dari lingkungannya.
b. Kaku dalam berpikir , salah satu karekteristik berfikir pre
operasional adalah kaku (frozen). Salah satu contohnya , berfikirnya itu
bersifat centration (memusat ), yaitu kecenderungan berfikir atas dasar satu
dimensi , baik mengenai objek maupun peristiwa ,dan tidak menolak
dimensi-dimensi lainnya.contohnya,piaget memper lihatkan dua gelas yang berisi
cairan yang sama tingginya. Kepada anak ditannyakan apakah kedua gelas itu ber
isi jumlah cairan yang sama dengan mudahnya anak itu menjawabnya. Berikutnya
kepada anak diminta untuk menuang sendiri salah satu isi dari kedua gelas itu
ke gelas lain yang lebih pendek dan lebih besar.kepada anak ditanyakan ulang,
mana yang lebih banyak isinya : gelas yang semula atau gelas yang baru. Anak
menjawab bahwa jumlah cairan pada gelas semula lebih banyak,karna permukaan
cairannya lebih tinggi. Disini terlihat kemampuan anak dan terpusat hanya satu
dimensi, yaitu tinggi.
c. Semilogical reasoning. Anak anak
mencoba untuk menjelaskan peristiwa
peristiwa alam yang misterius, yang dialminya dalam kehidupan sehari hari.
D. PERKEMBANGAN EMOSIONAL
Selama awal
masa kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan saat ketidakseimbangan karena anak-anak “keluar
dari fokus”, dalam arti bahwa ia mudah terbawa ledakan-ledakan emosional
sehingga sulit dibimbing dan diarahkan.
Beberapa jenis
emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu sebagai berikut:
a. Takut, yaitu perasaan terancam oleh
suatu objek yang dianggap membahayakan. Pembiasaan, peniruan, dan ingatan
tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan
rasa takut, seperti cerita-cerita, Rasa
takut terhadap sesuatu berlangsung melalui
tahapan :
1.)
Mula mula tidak
takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan bahaya yang terhadap dalam objek.
2.)
Timbul rasa
takut setelah mengenal adanya bahaya.
3.)
Rasa takut bisa
hilang kembali setelah mengetahui cara-cara menghindar dari bahaya.
b. Cemas, yaitu perasaan takut yang
bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya. Contoh perasaan cemas : anak takut
berada di dalam kamar yang gelap, takut hantu, dan sebagainya.
c. Marah, merupakan perasaan tidak senang,
atau benci baik terhadap orang lain, diri sendiri, atau objek tertentu, yang
diwujudkan dalam bentuk verbal (kata-kata kasar/ makian/ sumpah serapah ), atau
nonverbal ( seperti mencubit, memukul, menampar, menendang, dan merusak). Pada
masa ini rasa marah sering terjadi karena :
1.) Banyak stimulus yang menimbulkan rasa
marah, dan
2.) Banyak anak yang menemukan bahwa marah
merupakan cara yang baik untuk mendapatkan perhatian atau memuaskan
keinginannya.
d. Cemburu, yaitu perasaan tidak senang
terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang
yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya. Perasaan cemburu ini di ikuti
dengan ketegangan, yang biasanya dapat diredakan dengan reaksi-reaksi :
1.) Agresif atau permusuhan terhadap
saingan;
2.) Regresif, yaitu perilaku
kekanak-kanakan, seperti ngompol, atau mengisap jempol;
3.) Sikap tidak peduli;
4.) Menjauhkan diri dari saingan.
e. Kegembiraan, kesenangan, kenikmatan,
yaitu perasaan yang positif, nyaman, karena terpenuhi keinginannya.
f. Kasih sayang, yaitu perasaan senang
untuk memberikan perhatian, atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau
benda. Kasih sayang anak kepada orang tua atau saudaranya, amat dipengaruhi
oleh iklim emosional dalam keluarganya. Apabila orang tua dan saudaranya
menaruh kasih sayang kepada anak, maka dia pun akan menaruh kasih sayang kepada
mereka.
g. Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek
yang tidak patut untuk ditakutinya (takut yang abnormal) seperti takut ular,
takut kecoa, dan takut air. Perasaan ini
muncul akibat perlakuan orang tua yang suka menakut-nakuti anak, sebagai cara
orang tua untuk menghukum, atau menghentikan perilaku anak yang tidak
disenanginya.
h. Ingin tahu (curiosity), yaitu perasaan
ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat
fisik maupun nonfisik. Perasaan ini ditandai dengan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan anak. Seperti anak bertanya tentang : dari mana dia berasal, siapa
Tuhan, dan di mana Tuhan berada. Masa bertanya (masa haus nama ) ini dimulai
pada usia 3 tahun dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 6 tahun.
Perkembangan
emosi yang sehat sangat membantu bagi keberhasilan anak belajar. Oleh karena
itu, dalam rangka mengembangkan emosi anak yang sehat, guru-guru ( di taman
kanak-kanak ) seyogianya memberikan bimbingan kepada mereka, agar mereka dapat
mengembangkan hal-hal berikut.
a. Kemampuan untuk mengenal, menerima, dan
berbicara tentang perasaan-perasaannya.
b. Menyadari bahwa ada hubungan antara
emosi dengan tingka laku sosial.
c. Kemampuan untuk menyalurkan
keinginannya tanpa mengganggu perasaan orang lain.
d. Kemampuan untuk peka terhadap perasaan
dan kebutuhan orang lain.
E. PERKEMBANGAN BAHASA
Perkembangan
bahasa anak usia prasekolah, dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahap (
sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya) yaitu sebagai berikut :
a. Masa ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan
1) Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat
tunggal yang sempurna.
2) Anak sudah mampu memahami tentang
perbandingan, misalnya burung pipit lebih kecil dari burung perkutut, anjing
lebih besar dari kucing.
3) Anak banyak menanyakan nama dan tempat
: apa, di mana, dan dari mana.
4) Anak sudah banyak menggunakan kata-kata
yang berawalan dan yang berakhiran.
b. Masa keempat (2, 6-6, 0 ) yang
bercirikan
1) Anak sudah dapat menggunakan kalimat
majemuk beserta anak kalimatnya.
2) Tingkat berfikir anak sudah lebih maju,
anak banyak menanyakan soal waktu – sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan
: kapan ke mana, mengapa, dan bagaimana.
Untuk membantu
perkembangan bahasa anak, atau kemampuan berkomunikasi maka orang tua dan guru
Taman-Kanak-Kanak seyogianya memfasilitasi, memberi kemudahan, atau peluang kepada anak dengan sebaik-baiknya.
Berbagai peluang itu di antaranya sebagai berikut :
a. Bertutur kata yang baik dengan anak
b. Mau mendengarkan pembicaraan anak
c. Menjawab pertanyaan anak (jangan
meremehkannya)
d. Mengajak berdialog dalam hal-hal
sederhana, seperti memelihara kebersihan rumah, sekolah, dan memelihara
kesehatan diri
e. Di Taman Kanak-Kanak, anak dibiasakan
untuk bertanya, mengekspresikan keinginannya, menghafal dan melantunkan lagu
dan puisi.
F. PERKEMBANGAN SOSIAL
Tanda-tanda
perkembangan sosial pada tahap ini adalah :
a. Anak mulai mengetahui aturan-aturan,
baik di lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain.
b. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai
tunduk pada peraturan.
c. Anak mulai menyadari hak atau
kepentingan orang lain
d. Anak mulai dapat bermain bersama
anak-anak lain, atau teman sebaya (peer group).
Jenis hubungan
sosial lebih penting dari pada jumlahnya. Kalau anak menyenangi hubungan dengan
orang lain meskipun hanya kadang-kadang saja, maka sikap terhadap kontak sosial
mendatangkan lebih baik dari pada hubungan sosial yang sering tetapi sifat
hubungannya kurang baik. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia dari
pada benda akan lebih mengembangkan kecakapan sosial sehingga mereka lebih
populer daripada anak yang interaksi sosialnya terbatas.
G. PERKEMBANGAN BERMAIN
Usia anak prasekolah dapat dikatakan sebagai masa
bermain, karena setiap waktunya diisi dengan kegiatan bermain. Yang dimaksud
dengan kegiatan bermain disini adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan
kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan.
Secara
psikologis dan pedagogis, bermain bermain mempunyai nilai-nilai yang sangat
berharga bagi anak, di antaranya :
a. Anak memperoleh perasaan puas, senang,
bangga, atau berkatarsis (peredaan ketegangan)
b. Anak dapat mengembangkan sikap percaya diri,
tanggung jawab, dan kooperatif (mau bekerja sama)
c. Anak dapat mengembangkan daya fantasi,
atau kreativitas (terutama permainan
fiksi dan konstruksi)
d. Anak dapat mengembangkan sikap sportif,
tenggang rasa atau toleran terhadap orang lain.
H. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Polan
kepribadian mulai berbentuk dalam awal masa kanak-kanak. Karena orang tua,
saudara-saudara kandung dan sanak saudara yang lainnya merupakan dunia sosial
bagi anak-anak, maka bagaimana perasaan mereka kepada anak-anak dan bagaimana
perlakuan mereka merupakan faktor penting dalam pembentukan konsep-diri, yaitu
inti pola kepribadian.
Dengan
berjalannya periode awal masa kanak-kanak, anak semakin banyak berhubungan
dengan teman-teman sebayanya, baik di lingkungan tetangga, di lingkungan
prasekolah atau di pusat perawatan anak. Sikap dan cara teman-teman
memperlakukannya mulai membawa pengaruh dalam konsep-diri, pengaruh mana dapat
mendorong atau melawan dan bertentangan dengan pengaruh-pengaruh dari keluarga. Sikap awal teman-teman, seperti halnya sikap
anggota-anggota keluarga yang berarti, berperan penting karena sekali dasar
untuk konsep diri telah diletakkan maka agak sulit untuk dirubah.
I. PERKEMBANGAN MORAL
Awal masa
kanak-kanak ditandai dengan apa yang oleh Piaget disebut “moralitas melalui
paksaan”. Dalam tahap perkembangan moral ini anak-anak secara otomatis
mengikuti peraturan-peraturan tanpa berfikir atau menilai, dan ia menganggap
orang-orang dewasa yang berkuasa sebagai maha kuasa. Ia juga menilai semua perbuatan sebagai benar atau salah
berdasarkan akibat-akibatnya dan bukan berdasarkan pada motivasi yang
mendasarinya. Menurut sudut pandang
anak-anak, perbuatan yang “salah” adalah yang mengakibatkan hukuman, baik oleh
orang lain maupun oleh faktor-faktor alam atau gaib.
Dalam rangka
membimbing perkembangan moral anak prasekoalh ini, sebaiknya orang tua atau
guru-guru TK, melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a. Memberikan contoh atau teladan yang
baik, dalam berperilaku atau bertutur kata.
b. Menanamkan kedisiplinan kepada anak,
dalam berbagai aspek kehidupan, seperti memelihara kebersihan atau kesehatan,
dan tata-krama atau berbudi pekerti luhur.
c. Mengembangkan wawasan tentang
nilai-nilai moral kepada anak, baik melalui pemberian informasi, atau melalui
cerita, seperti tentang : riwayat orang-orang yang baik (para nabi dan
pahlawan), dunia binatang yang mengisahkan tentang nilai kejujuran,
kedermawanan, kesetiakawanan atau kerajinan.
J. PERKEMBANGAN KESADARAN BERAGAMA
Kesadaran
beragama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Sikap keagamaannya bersifat reseptif
(menerima) meskipun banyak bertanya.
b. Pandangan ketuhanannya bersifat
anthropormorph (dipersonifikasikan)
c. Penghayatan secara rohaniyah masih
superficial (belum mendalam)
d. Hal ketuhanan dipahamkan secara
ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf berfikirnya
yang masih bersifat egosentrik (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya).